About Us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam. Etiam augue pede, molestie eget, rhoncus at, convallis ut, eros. Aliquam pharetra. Nulla in tellus eget odio sagittis blandit. Maecenas at nisl. Nullam lorem mi, eleifend a, fringilla vel, semper at, ligula. Mauris eu wisi. Ut ante dui, aliquet nec, congue non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris. Duis sed massa id mauris pretium venenatis. Suspendisse cursus velit vel ligula. Mauris elit. ....read more

Selasa, 27 Maret 2012

karakteristik wiraswasta


@. Suhadi (1985) mengemukakan karakteristik wiraswasta ialah percaya pada kemampuan diri sendiri, mampu menghadapi persoalan dengan baik, berpandangan luas jauh ke depan, mempunyai keuletan mental, lincah dalam berusaha, berupaya mengembangkan sayap, berani mengambil resiko, berguru kepada pengalaman.

@. Sumahamijaya (1980) menerangkan bahwa seorang wiraswastawan adalah seorang pengusaha yang dengan kemampuannya untuk memikul resiko dan meningkatkan efisiensi serta keahlian mengurus, dapat menerobos berbagai persaingan, merebut kesempatan baru, pasaran baru, proses produksi baru dan rumus baru sesuai dengan tertib hukum serta norma-norma masyarakat lingkungannya untuk memberikan darma baktinya berupa pengadaan, penyediaan, dan penjualan barang-barang dan jasa, demi semakin meningkatnya kemajuan masyarakat.

Wiraswasta adalah pekerjaan yang mengandung aspek-aspek :
a. Kemandirian, diartikan sebagai mampu berdiri di atas kemampuannya sendiri dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Ciri kemandirian ditunjukkan oleh unsur-unsur sebagai berikut :
1). Pengambilan inisiatif, hal ini terkandung dalam kondisi yang tidak pasti dan banyaknya masalah-masalah yang baru, seorang wiraswasta harus mengambil keputusan dan mempertanggungjawabkannya (Sharma, 1975).

2). Memiliki modal, mungkin secara penuh atau secara sebagian (Van der Straaten, dalam Joesoef, 1976).

3). Mengurus organisasi atau perusahaan dalam kapasitas sebagai penanggungjawab (Van der Straaten, dalam Joesoef, 1976).

4). Percaya pada kemampuan diri sendiri (Suhadi, 1985).

b. Inovatif, diartikan sebagai kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam mengembangkan usaha. Ciri inovatif ditunjukkan oleh unsur-unsur :

1). Kreativitas, terkandung dalam aktivitas mempelopori usaha baru, menetapkan kombinasi-kombinasi baru, atau sebagai pionir (Van der Straaten, dalam Joesoef, 1976).

2). Berpandangan luas jauh ke depan terkandung dalam aktivitas usaha mengembangkan sayap (Suhadi, 1985).

3). Memburu keuntungan bisnis terkandung dalam aktivitas menerobos berbagai persaingan, pasaran baru, proses produksi baru untuk mengadakan, meyediakan, dan penjualan barang dan jasa (Van der Straaten, dalam Joesoef, 1976; Sumahamijaya, 1980).

c. Menanggung resiko, diartikan sebagai pengetahuan seseorang terhadap adanya resiko yang harus diperhitungkannya, berdasarkan kemampuan yang ada pada dirinya. Ciri menanggung resiko ditunjukkan oleh unsur-unsur :

1). Keuletan mental, terkandung dalam aktivitas lincah dalam berusaha, mampu menghadapi persoalan dengan baik (Suhadi, 1985).

2). Menerima tantangan ketidakpastian dan menanggung resiko ekonomi yang sulit diukur secara kualitatif dan kuantitatif (Van der Straaten, dalam Joesoef, 1976).

Seorang wiraswasta juga banyak dilibatkan dengan aktivitas-aktivitas yang bervariasi, bekerja keras, dan bersikap dinamis, sehingga ia dituntut untuk dapat melakukan aktivitas-aktivitas dengan terarah dan dapat mengaturnya dengan baik agar dapat dicapai hasil yang optimal.

Sumber : http://mari-berwiraswasta.blogspot.com/2011/01/suhadi-1985-mengemukakan-karakteristik_28.html

IDENTIFIKASI PELUANG USAHA BARU


  Orientasi eksternal dan internal
            Banyak perluang dalam mengidentifikasi hal baru dan lebih baik untuk dikerjakan dan cara baru dan lebih baik didalam mengerjakan sesuatu. Wirausahawan adalah orang yang mencari dan melihat peluang yang tersembunyi dengan gagsan baru, kemudian bekerja keras mengubah peluang menjadi kenyataan.
  Sumber gagasan yang baru tersebut adalah :
  1. Konsumen
kita bisa mendapatkan ide usaha baru dari konsumen, yaitu dengan mencoba memenuhi kebutuhan mereka yang mungkin belum terpenuhi oleh produk atau jasa yang telah ada.
  1. Perusahaan yang sudah ada
kita bisa melakukan pengamatan terhadap usaha-usaha yang kira-kira bisa diterima oleh pasar dan melakukan modifikasi atas usaha tersebut sehingga punya keunggulan yang lebih.
  1. Saluran distribusi
kita juga bisa mendapatkan ide usaha/produk baru dari saluran distribusi karena merekalah yang langsung berhubungan dengan konsumen sehingga biasanya lebih paham tentang keinginan konsumen.
  1. Pemerintah
ide usaha bisa di dapat dari berbagai macam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
  1. Penelitian dan pengembangan
ide usaha baru seringkali didapat dari hasil penelitian dan pengembangan yang berhasil menemukan produk baru.
Terdapat  tiga tahap penggunaan sumber daya-sumber daya internal yaitu :
  1. Analisa konsep hingga bisa terdefinisi dengan jelas, termasuk penguraian masalah yang perlu dipecahkan
  2. Penggunaan daya ingat untuk menemukan kesamaan dan unsur-unsur yang nampaknya berhubungan dengan konsep dan masalah-masalahnya
  3. Rekombinasi unsur-unsur tersebut dengan cara baru dan bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah dan membuat konsep dasar bisa dipraktekkan
Proses inovasi dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Wirausahawan melihat adanya kebutuhan
  2. Mengumpulkan data dan mendefinisikan konsep-konsep
  3. Menguraikan masalah-masalah
  4. Menggunakan daya ingat untuk mencari kesamaan
  5. Menemukan kesamaan dan gagasan yang berhubungan
  6. Melihat bagaimana menggabungkan kesamaan dan gagasan yang berhubungan
  7. Mencari pemecahan sementara
  8. Meneliti pemecahan dengan hati-hati
  9. Bergerak terus jika semuanya baik
  10. Mencapai keberhasilan
 PEMUNCULAN GAGASAN PRODUK BARU
Pencarian bermacam-macam gagasan yang menjanjikan merupakan titik pangkal dalam proses pengembangan produk baru. Penggalian gagasan terentang mulai dari perbaikan tambahan atas produk yang ada sekarang sampai ke produk yang sama sekali baru bagi pasar dunia.
 Sumber Gagasan
Titik awal sebuah program produk baru yang efektif di segenap penjuru dunia adalah sebuah sistem informasi yang menggali ide produk baru dari semua sumber yang secara potensial berguna, dan menyalurkan ide tersebut ke dalam penyaringan yang relevan danpusat-pusat keputusan di dalam organisasi. Tujuannya adalah membuat suatu pemunculan gagasan dan program evaluasi yang memenuhi kebutuhan perusahaan. Bagi sebagian besar perusahaan, program pencarian ide kemungkinan akan ditujukan dalam rentang produk dan keterlibatan pasar yang konsisten dengan misi dan tujuan korporat dan strategi unit bisnis.
• Pelanggan
Konsep pemasaran menyatakan bahwa kebutuhan dan keinginan pelanggan merupakan tempat logis untuk memulai pencarian gagasan produk baru. Perusahaan-perusahaan teknis dapat mempelajari banyak hal dengan mengkaji para pelanggan utama mereka.
•Eksportir
Perusahaan yang terjun di pasar internasional hanya melalui ekspor berkepentingan dengan ide-ide dari pasar asingnya, tetapi perusahaan secara fisik tidak hadir di sana. Para distributor dapat dihitung sebagai bagian dari jaringan inteljen perusahaan.
•Manajemen Puncak
Manajemen puncak dapat pula menjadi sumber gagasan produk baru. Beberapa pimpinan perusahaan mengemban tanggung jawab pribadi atas inovasi teknologis di dalam perusahaan mereka.
 •Licensees (lisensi)
Pemegang lisensi adalah pihak independen yang terikat untuk membayar royaltiatas apa yang mereka produksi dan jual, tetapi biasanya tidak terikat kerja sama dalam cara lainnya.
•Usaha Patungan
Ancangan usaha patungan untuk pasar asing memberikan suara manajemen perusahaan internasional di dalam perusahaan lokal. Jika mitra nasional mempunyai ekuitas yang signifikan dalam usaha patungan, mitra tersebut akan memiliki kepentingan dalam mengklaim, atau paling tidak memiliki bersama, ide dan pengembangan produk baru.
•Anak Perusahaan
Satu-satunya keterbatasan menggunakan anak perusahaan asing sebagai bagian dari perencanaan produk terletak dalam ukuran anak perusahaan tersebut dan dalam organisasi internasional perusahaan.
•Pesaing
Perusahaan dapat mencari ide produk yang baik dengan mempelajari produk dan jasa pesaingnya. Mereka dapat mempelajari dari para distributor, pemasok, dan perwakilan penjualan, apa yang dilakukan oleh kempetitornya.
Departemen Produk Baru Internasional
Salah satu ancangan untuk mencari jalan keluar dari masalah tingginya volume arus informasi yang dibutuhkan guna mengamati secara memadai peluang produk baru, dan selanjutnya menyaring peluang-peluang ini guna mengidentifikasi calon-calon yang akan diselidiki lebih jauh adalah departemen produk baru dikantor pusat.
•Pandu Produk Baru
Pandu produk adalah para karyawan atau konsultan yang pekerjaan pokoknya adalah mencari gagasan yang menawarkan potensi komersial bagi perusahaan yang mensponsorinya.
 Proses Pengembangan Produk Baru
            Sebagian besar perusahaan memilih sistem dan proses formal untuk mengelola program pengembangan produk baru. Secara umum, proses-proses tersebut memiliki kesamaan dalam hal 6 tahap pokok yang terdiri atas: (1) pemunculan ide (idea generation); (2) penyaringan (screening), (3) pengembangan produk; (4) pengujian produk/pasar; (5) analisis bisnis; dan (6) komersialisasi.
I: Pemunculan Ide – Idea Generation
Proses pengembangan produk baru berawal dari pencarian ide. Ide produk baru dapat berasal dari sejumlah sumber, misalnya departemen riset dan pengembangan, konsumen, ilmuwan, pesaing, karyawan (terutama wiraniaga), anggota saluran distribusi (distributor), dan manajemen puncak. Biasanya gagasan yang muncul dari sisi teknologi pemisahaan cenderung akan dirunuskan dalam technological terms (misalnya, gagasan mobil baru didasarkan pada desain yang diperbaiki untuk aerodinamis) atau karakteristik fisik (seperti ponsel
baru yang lebih ringan dan kecil). Bila gagasan berasal dari konsumen atau distributor, kecenderungannya adalah bahwa ide tersebut dijabarkan dalam konteks manfaat pemecahan masalah (misalnya, koper atau tas yang dapat mudah dimasukkan ke dalam overhead compartment di pesawat). Oleh sebab itu, konsep produk baru harus dinyatakan dalam dua aspek: (1) spesifikasi manfaat yang bakal diterima oleh para pelanggan potensial; dan (2) definisi atribut fisik atau teknologi yang dapat menghasilkan manfaat-manfaat tersebut.
Ada beberapa teknik yang dapat membantu setiap individu dan kelompok dalam organisasi untuk menghasilkan ide-ide yang lebih baik:
Daftar atribut Teknik ini memerlukan daftar atribut-atribut utama dari produk lama dan memodifikasi setiap atribut dalam upaya mencari produk yang lebih baik. Misalnya sebuah obeng. Atributnya adalah batangan besi bundar, pegangannya dari kayu, dioperasikan secara manual, dan tenaga putarannya diperoleh dari kegiatan memutar. 
Forced Relationship
Dalam teknik ini, beberapa obyek dipertimbangkan keterkaitannya satu sama lain. Misalnya, seorang produsen peralatan kantor ingin merancang meja kerja eksekutif baru. Beberapa obyek didaftar, misalnya meja kerja, televisi, jam, komputer, mesin foto kopi, mesin fax, lemari buku, dan lain-lain. Hasilnya adalah suatu meja kerja
elektronik dengan panel seperti yang terdapat pada kokpit pesawat.
Analisis morfologi
Metode ini membutuhkan identifikasi dimensi struktural masalah dan menguji hubungan-hubungan di antaranya. Misalnya permasalahannya berkaitan dengan pemindahan sesuatu dari tempat tertentu ke tempat lainnya dengan kendaraan. Dimensi utamanya adalah jenis kendaraannya (kereta, kursi, penghela, tempat tidur), perantaranya (udara, air, minyak, permukaan keras, roda, rel), sumber tenaganya (tekanan udara, mesin uap internal, motor listrik). Sehingga kendaraan jenis kereta dengan tenaga dari mesin uap internal dan bergerak di atas permukaan keras adalah mobil. Yang diharapkan adalah untuk membuat suatu kombinasi baru.
Identifikasi Kebutuhan/Masalah
Teknik-teknik di atas (daftar atribut, forced relationship, dan analisis morfologi) tidak memerlukan masukan dari konsumen untuk menghasilkan ide. Berbeda dengan teknik-teknik tersebut, identifikasi kebutuhan/masalah dimulai dari konsumen. Konsumen ditanya mengenai kebutuhan, masalah, dan ide-ide mereka. Misalnya
konsumen ditanyai mengenai masalah mereka dalam menggunakan produk tertentu. Kemudian berbagai masalah yang muncul dikelompokkan berdasarkan tingkat keseriusannya, frekuensinya, dan biaya penanggulangannya untuk menentukan perbaikan produk apa saja yang harus dilakukan.
Brainstorming
Dalam teknik ini, perusahaan membentuk semacam kelompok yang terdiri atas enam sampai sepuluh orang. Mereka diminta untuk mengajukan usul dan ide sebanyak mungkin dalam jangka waktu tertentu (misalnya dalam satu jam). Agar dapat efektif maka ada empat pedoman yang sebaiknya digunakan:
Tanpa kritik, artinya komentar-komentar negatif atas ide-ide yang dikemukakan harus ditahan sampai semua ide tertampung. Pemberian kebebasan, maksudnya semakin liar atau semakin gila ide-ide yang dikemukakan, semakin baik. Hal ini karena lebih mudah mengurangi daripada memancing munculnya ide. Mendorong kuantitas, di mana semakin banyak jumlah ide, maka semakin besar kemungkinan diperoleh ide yang baik. Mendukung penggabungan dan perbaikan ide, di mana setiap anggota kelompok dimungkinkan untuk menggabungkan idenya dengan ide dari rekan lainnya untuk memperoleh ide baru lainnya.
Sinektik
Terkadang metode brainstorming menghasilkan pemecahan terlalu cepat, sebelum dikembangkan berbagai perspektif yang memadai. Oleh karena itu ada teknik lain yang disebut metode sinektik. Dalam metode ini, ada lima prinsip pokok yang dijadikan acuan, yaitu:
Penundaan: lihat sudut pandangnya dulu, baru pemecahannya.
Otonomi obyek: biarkan masalah tersebut seperti apa adanya.
Gunakan tempat yang umum: ambil keuntungan dari keterbiasaan sebagai titik tolak.
Keterlibatan/keterlepasan: ambil posisi antara masuk kesuatu masalah dan berdiri di luarnya, sehingga dapat melihatnya sebagai suatu keseluruhan.
Gunakan metafora: biarkan hal-hal yang tidak relevan dan kebetulan memberikan analogi yang dapat menjadi sumber sudut pandang baru.
II: Penyaringan Ide – Screening
Tahap penyaringan ide terdiri atas sejumlah aktivitas yang dirancang untuk mengevaluasi suatu konsep produk baru. Konsekuensinya, akan ada banyak konsep baru yang dieliminasi dalam tahap ini. Setidaknya, informasi yang diperoleh dalam tahap penyaringan dapat membantu pihak manajamen untuk: (1) memproyeksikan tingkat permintaan potensial, (2) mengidentifikasi peluang keberhasilan produk, dan (3) memperkitakan tingkat kanibalisasi. Kegiatan-kegiatan penyaringan dapat meliputi studi potensi pasar (market potensial studies), pengujian konsep (concept test), dan model skoring (scoring model).
• Studi Potensi Pasar
Melalui studi ini dapat diperkirakan jumlah pembeli potensial, tingkat pembelian poxensial, dan situasi persaingan (siapa pesaing utama, kemungkinan reaksinya, dan peluang terjadinya kompetisi harga).
• Pengujian Konsep
Pengujian konsep merupakan metode yang berusaha mengukur minat pembeli suatu produk sebelum prototype aktualnya dikembangkan. Pengujian ini bermanfaat untuk memberikan semacam wawasan atau gambaran bagi pihak manajemen mengenai tantangan business.cc”title=”" >pemasaran spesifik yang harus diatasi jika perusahaan akhimya mengkomersialisasi ide produk baru tersebut. Manfaat lainnya adalah untuk membantu upaya memproyeksikan kemungkinan.terjadinya dan tingkat kanibalisasi. Dalam pengujian ini, biasanya pembeli potensial diminta membaca pernyataan-pernyataan tentang fitur dan manfaat produk yang kadangkala disertai pula dengan visualisasinya, selanjutnya mereka diminta untuk menjawab kuesioner terstruktur berkaitan dengan produk tersebut. Konsumen diminta mengungkapkan penilaian, persepsi, dan kesediaan atau kemungkinannya untuk
mencoba ide produk baru.
• Model Skoring
Model ini memungkinkan manajer untuk menyusun peringkat daya tarik secara umum dari suatu konsep produk baru, atau meranking berbagai konsep yang sating bersaing
Adapun faktor-faktor penunjang kesuksesan produk baru meliputi:
a) Superioritas/kualitas produk dalam hal fitur, manfaat, keunikan, corak/model, dan seterusnya.
b) Keunggulan ekonomis bagi konsumen, berupa value for money.
c) Sinergi antara produk baru dan perusahaan secara keseluruhan, terutama dalam hal pemanfaatan ketrampilan pemasaran, keterampilan manajerial, dan pengetahuan bisnis yang telah mapan.
d) Kompatibilitas teknologi dengan kapabilitas riset dan pengembangan, rekayasa, dan produksi perusahaan.
e) Familiaritas bagi perusahaan.
f) Kebutuhan, pertumbuhan dan ukuran pasar yang mencerminkan peluang pasar.
g) Situasi persaingan.
h) Jenis peluang yang tersedia, yaitu apakah produk baru tersebut memiliki pasar yang telah mapan ataukah benar-benar produk inovatif yang pasarnya juga belum berkembang.
i) Definisi proyek pengembangan produk baru.
Tujuan penyaringan ide adalah untuk menolak ide-ide buruk sedini mungkin.
III: Pengembangan Produk – Product Development
Ada perbedaan antara ide produk, konsep produk, dan citra produk. :
a. Pengembangan arsitektur produk (product architecture) yang merupakan spesifikasi bagian-bagian, komponen, rakitan, dan teknologi serta keterkaitannya yang menghasilkan fungsi sesuai dengan apa yang diinginkan. Jadi, arsitektur produk merupakan rencana dasar yang memastikan bahwa konsep produk bakal diimplementasikan.
b. Aplikasi desain industri (industrial design), yaitu proses menciptakan dan mengembangkan spesifikasi produk yang dapat mengoptimalkan fungsi, nilai, dan tampilan produk. Aktivitas ini biasanya dilakukan para perancang profesional yang bekerja dalam tim lintas fungsional.
c. Penilaian atas persyaratan/kebutuhan manufaktur dan uji kinerja yang selanjutnya bermanfaat untuk memperoleh informasi berkenaan dengan keputusan penetapan harga dan biaya pemasaran lainnya.
IV: Pengujian Pasar/Produk – Product Testing / Market Testing
Tujuan tahap ini adalah untuk:
(1) memberikan penilaian yang lebih rinci mengenai peluang sukses produk baru,
(2) mengidentifikasi penyesuaian-penyesuaian akhir yang dibutuhkan untuk produk, dan
(3) menetapkan elemen-elemen penting dalam program pemasaran yang akan digunakan untuk memperkenalkan produk di pasar. Secara garis besar, terdapat 4 kegiatan dalam pengujian pasar/ produk:
a. Pengujian teknis
(technical testing) dengan cara membuat prototipe yang merupakan approximation produk akhir. Pengujian
kinerja produk prototipe dapat memberikan sejumlah informasi penting mengenai:
1.      Usia pajang  produk (product shelf life)
2.      Tingkat keusangan produk
3.      Masalah yang timbul akibat penggunaan atau konsumsi yang tidak semestinya
4.      Potensi kerusakan yang membutuhkan penggantian
5.      Jadwal pemeliharaan yang tepat.
b. Pengujian preferensi dan kepuasan (preference and satisfaction testing) yang digunakan untuk menetapkan elemen-elemen yang akan dirancang dalam rencana pemasaran dan untuk membuat ramalan penjualan awal dari produk baru. Secara umum ada dua cara utama untuk keperluan tipe pengujian ini. Pendekatan pertama adalah meminta konsumen untuk memakai suatu produk selama jangka waktu tertentu, lalu kemudian mereka diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan berkaitan dengan preferensi dan kepuasan mereka. Pendekatan kedua adalah melakukan “blind test” sedemikian rupa sehingga konsumen membandingkan berbagai alternatif produk tanpa, mengetahui nama merek atau produsennya. Pada dasamya, pengujian preferensi dan kepuasan memberikan sejumlah manfaat pokok, di antaranya:
* Uji preferensi aktual dan uji teknis dapat memberikan dasar klaim yang obyektif untuk keperluan promosi, terutama jika perusahaan ingin menampilkan superioritas dalam hal persepsi pelanggan terhadap keunggulan spesifik pada produk perusahaan dibandingkan pesaing.
* Estimasi tingkat pembelian ulang sangat penting dalam memperkirakan pangsa pasar jangka panjang. Hasil yang kurang bagus dalam uji ini dapat berdampak pada dibatalkannya peluncuran produk atau perancangan ulang produk baru.
* Kendati penerimaan pasar terhadap produk baru ditentukan oleh semua komponen program pemasaran, namun berbagai kasus menunjukkan bahwa skor yang tinggi padadimensi kinerja produk mengindikasikan bahwa ide produk bersangkutan sebaiknya dilanjutkan pada tahap pengembangan produk baru selanjutnya.
Uji preferensi biasanya memberikan signal awal terbaik atas kemungkinan terjadinya kanibalisasi produk.
c. Pengujian pasar simulasi (simulated test markets atau laboratory test markets), merupakan prosedur riset pemasaran yang dirancang untuk memberikan gambaran yang cepat dan murah mengenai pangsa pasar yang dapat diharapkan dari produk baru. Beberapa model yang dapat digunakan adalah BASES, ASSESSOR, LITMUS, dan DESIGNOR.
d. Pengujian pasar (test markets) Dalam uji pasar, perusahaan menawarkan suatu produk untuk dijual di wilayah pasar yang terbatas yang sedapat mungkin mewakili keseluruhan pasar di mana produk tersebut nantinya akan dijual
Metode pokok untuk menguji pasar produk konsumen, mulai dari yang paling murah hingga yang paling mahal, berturut-turut adalah:
(1) Sales-Wave Research
Dalam metode ini, konsumen yang pada mulanya mencoba suatu produk secara gratis ditawarka kembali produk tersebut, atau produk pesaing, dengan harga yang sedikit diturunkan (lebih murah). Mereka mungkin ditawari produk tersebut sebanyak tiga sampai lima kali (gelombang penjualan = sales waves), kemudian pemisahaan memperhatikan berapa kali konsumen tersebut memilih produk perusahaan dan tingkat kepuasan mereka. Metode ini juga meliputi usaha mempresentasikan kepada konsumen satu atau beberapa konsep iklan dalam bentuk kasarnya untuk mengamati dampaknya terhadap pembelian ulang.

(2) Simulated Test
Metode ini membutuhkan 30 sampai 40 pembeli yang qualified di pusat pertokoan atau tempat lainnya. Perusahaan menanyakan beberapa hal kepada mereka, berkaitan dengan preferensi dan awareness mereka terhadap merek-merek pada jenis produk tertentu. Mereka dapat saja diundang untuk menyaksikan pertunjukan iklan singkat, termasuk yang sudah terkenal maupun yang masih baru. Dalam penayangan
tersebut disisipkan iklan produk baru. Kemudian konsumen diberi sejumlah uang dan diminta untuk datang ke toko khusus di mana mereka dapat membelanjakan uang tersebut sesuai kebumhan masing-masing. Meskipun mereka tidak membeli merek baru yang diteliti, mereka tetap diberikan sampel gratis merek tersebut.
(3) Controlled Test Marketing
Beberapa perusahaan riset menangani berbagai toko partisipan yang akan menjual produk-produk baru dengan imbalan tertentu. Perusahaan yang menghasilkan produk baru menentukan jumlah toko dan lokasi pengujian produknya. Kemudian perusahaan riset mengirimkan produk baru tersebut ke tokotoko bersangkutan clan mengendalikan penempatannya pada rak pajangan, jumlah pajangan, serta promosi pembelian dan harga sesuai kesepakatan. Hasil penjualan dapat dilacak dengan menggunakan scanner elektronik. Perusahaan dapat mengevaluasi pengaruh Tdan lokal clan promosi selama pengujian.
Controlled test marketing memungkinkan perusahaan untuk menguji pengaruh faktor-faktor dalam toko (in-store factors) dan iklan terbatas pada perilaku pembelian konsumen tanpa melibatkan konsumen secara langsung. Suatu sampel konsumen kemudian diwawancarai untuk memperoleh kesan mereka terhadap, produk tersebut. Perusahaan tidak harus menggunakan wiraniaga mereka sendiri, memberi potongan penjualan, atau `membeli jaringan distribusi. Sebaliknya, metode ini tidak memberikan informasi mengenai cara membujuk distributor agar bersedia menjual produk baru perusahaan.
(4) Test Markets
Uji pasar merupakan cara utama dalam menguji produk konsumen baru dalam situasi yang sama dengan yang akan dihadapi dalam peluncuran produk bersangkutan. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perusahaan riset untuk menentukan kota-kota di mana wiraniaga perusahaan akan mencoba membujuk para distributor agar menjual produk tersebut dan menempatkannya dalam rak pajangan mereka. Perusahaan melakuan periklanan dan promosi sama seperti yang akan dilakukan dalam pemasaran secara nasional. Biaya yang dibutuhkan akan sangat tergantung pada jumlah kota, lama pengujian, dan jumlah data yang ingin dikumpulkan perusahaan.
Melalui uji pasar akan diperoleh beberapa manfaat, di antaranya memberikan prediksi yang lebih dapat diandalkan mengenai penjualan di masa depan; pengujian awal atas rencana pemasaran; perusahaan dapat mengetahui kekurangan yang ada pada produk. Perusahaan memperoleh gambaran atas berbagai masalah potensial dalam jaringan distribusi; dan perusahaan memperoleh pemahaman lebih baik atas perilaku berbagai segmen pasar.
Sementara itu, produk bisnis juga memperoleh manfaat dari uji pasar, di mana pengujiannya bervariasi tergantung jenis barangnya. Barang-barang industri yang mahal dan menggunakan teknologi baru biasanya menjalani pengujian Alpha dan Beta. Pengujian Alpha merupakan pengujian produk untuk mengukur dan meningkatkan kinerja, keandalan, rancangan, dan biaya operasi produk. Jika hasilnya baik, perusahaan akan melanjutkan dengan pengujian Beta dengan mengundang para pengguna potensial agar dapat melakukan
pengujian secara, rahasia di tempat mereka sendiri.
Metode uji pasar lainnya adalah dengan memperkenalkan produk bisnis baru tersebut dalam pameran dagang. Selain itu, produk baru industrial dapat pula diuji di tempat pajangan distributor dan dealer. Cara lain yang juga dapat ditempuh adalah uji pemasaran. di mana perusahaan menghasilkan pasokan produk dalam jumlah terbatas dan menyerahkannya kepada wiraniaganya untuk menjualnya di daerah geografis yang terbatas dengan dukungan promosi, katalog tercetak, dan sebagainya. Melalui cara ini, manajemen dapat mempelajari apa yang mungkin terjadi dalam pemasaran berskala penuh dan menyajikan informasi yang lebih lengkap untuk memutuskan komersialisasi produk tersebut.
V: Analisis Bisnis – Business Analysis
Tujuan analisis bisnis adalah untuk mendapatkan gambaran sekomprehensif mungkin tentang dampak finansial yang dapat diperoleh dari memperkenalkan suatu produk baru. Sejumlah ukuran (seperti biaya, laba, Return On Investment, dan arus kas) digunakan, demikian pula metode-metode seperti analisis payback periog break -even analysis dan risk analysis. Analisis bisnis membutuhkan informasi rinci mengenai biaya manufaktur, biaya pemasaran, tingkat penjualan yang diperkirakan, dan tingkat kemungkinan kanibalisasi produk. Evaluasi finansial untuk produk baru lebih kompleks dibandingkan produk yang sudah mapan. Hal ini terjadi karena sejumlah faktor, di antaranya rentang waktu, kemungkinan kanibalisasi, dari kebutuhan akan investasi.
Dalam hal rentang waktu misalnya, penjualan dan biaya untuk produk baru kerapkali sangat bervariasi sepanjang waktu. Jarang sekali ada produk baru yang langsung diadopsi konsumen. Konsekuensinya, biaya pemasaran pada tahun pertama akan sangat besar dibandingkan tahun-tahun berikutnya, oleh karena adanya
tuntutan kebutuhan untuk menciptakan awareness dan insentif untuk distribusi produk serta product trial. Selain itu, jika produk baru mengkanibalisasi penjualan produk yang sudah ada atau memanfaatkan fasilitas produksi dan atau pemasaran yang sama dengan produk saat ini, maka hanya penjualan dan biaya inkremental dari produk baru bersangkutan saja yang boleh diperhitungkan dalam mengevaluasi kontribusi laba produk baru tersebut.
VI: Komersialisasi – Commercialization
Tahap komersialisasi menyangkut perencanaan dan pelaksanaan strategi peluncuran (launching strategy) produk baru ke pasar. Pada prinsipnya, ada 3 komponen strategi peluncuran produk baru, yaitu:
Penentuan timing introduksi produk baru. Timing peluncuran produk baru merupakan aspek krusial, baik dari sudut pandang permintaan pelanggan maupun kompetisi. Dalam hal permintaan pelanggan, misalnya, ada tingkat musiman (seasonality) tertentu dalam kategori produk spesifik. Contohnya, penjualan sarung cenderung mencapai puncaknya saat menjelang Lebaran. Penjualan alat tulis dan buku teks biasanya sangat tinggi pada permulaan tahun ajaran baru dan menjelang ujian. Oleh sebab itu, sebaiknya produk baru diperkenalkan menjelang periode permintaan puncak. Bintang film, sutra-dara dan sekaligus produser kondang Jackie Chan biasanya meluncurkan film barunya menjelang tahun baru Imlek, karena saat itu penonton bioskop di kalangan etnis Tionghoa sangat besar. Sementara itu, dalam perspektif kompetisi, apabila diferensiasi produk relatif rendah, maka keputusan untuk secepat mungkin memasuki pasar merupakan pilihan strategik. Pionir
cenderung memperoleh keunggulan dalam hal consumer awareness dan pangsa pasar dalam kasus tersebut.
* Pemilihan strategi merek (branding strategy). Akseptansi konsumen terhadap produk baru dipengaruhi oleh citra merek. Apabila perusahaan memiliki nama merek yang memiliki ekuitas merek tinggi, maka biaya peluncuran produk barunya cenderung lebih rendah. Citra merek dapat menekan persepsi konsumen
terhadap risiko mencoba. produk. Lagipula, citra merek juga dapat meningkatkan ekspektasi distributor atas kesuksesan item produk baru. Konsekuensinya, upaya pemasaran yang dibutuhkm tidak terlalu besar dalam rangka mendorong pencobaan produk dan mendapatkan tempat di rak pajangan distributor perusahaan memperluas ekuitas merek yang sudah ada. Alternatif strategi merek yang tersedia, di antaranya:
(1) brand extension, yaitu menggunakan nama merek yang sudah terkenal untuk kategori produk baru, misalnya Nike juga memproduksi pakaian, topi, dan tas;
(2) line extension, yaitu menggunakan nama merek yang sudah mapan untuk produk baru dalam kategori atau lini produk yang sama, contohnya BMW300, BMW 500, dan BMW 700;
(3) new brand, yang menggunakan Hama merek baru untuk produk baru yang diluncurkan.
Koordinasi program-program pemasaran yang mendukung introduksi produk baru, seperti program harga, promosi, distribusi. Efektivitas koordinasi & keselarasan antar program pemasaran akan menentukan keberhasilan program peluncuran produk baru.
 Sumber : http://risbang.multiply.com/journal/item/31/identifikasi_usaha_baru?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem